Sabtu, 04 Juni 2011

Festival Rapa'i Tunang

Kemarin hari jum’at tanggal 3 Juni 2011 pukul 21.00 wib, saya menyempatkan diri untuk mengikuti pembukaan Festival Rapa’i Tunang Se-Aceh Besar dan Banda Aceh yang diselenggarakan pada tanggal 3-4 Juni 2011 dalam rangka menyambut HUT Sanggar Rapa’i Tuha Lamreung yang telah berdiri sejak 1940-an dan dibentuk oleh masyarakat  Lamreung dan juga turut di prakarsai oleh seorang pahlawan Nasional yang berasal dari daerah tersebut yang bernama T. Nyak  Arief, adapun riwayat pembentukan Sanggar  Rapai Tuha Lamreung  itu sendiri awalnya untuk menyemangati para pejuang-pejuang Aceh dalam  melawan penjajahan Belanda. Namun Sebenarnya Perkumpulan ini belum memiliki nama pada awal pembentukannya, sampai tahun 2009 masyarakat lamreung terus melestarikan adat dan khazanah budaya, maka pada awal thaun 2009 mereka bermusyawarah dengan tuha peut gampong dan akhirnya memberi nama perkumpulan tersebut dengan nama Sanggar Rapa’i Tuha, demikian riwayat singkat pembentukan sanggar Rapai Tuha yang saya kutip dari laporan ketua panitia acara.
Festival ini sangat menarik karena hadiah yang diperebutkan berupa Kameng Gasie  sejumlah 2 ekor untuk juara pertama. Sedangkan untuk juara kedua akan memperoleh kameng Landok 1 ekor dan juara ketiga akan memperoleh Kameng Dara sebagai hadiah. Penonton pun juga mendapat hadiah, jika dapat menjawab Hiem yang dibawakan oleh Pembawa acara yaitu Apa Kaoy, yaitu seekor manok dara.
Acara Festival tersebut dimulai sekitar pukul 20.00 wib di Lapangan Bola Gampong Lamhreung yang diawali dengan Tarian Ranup Lampuan yang  diiringi oleh alunan Seurune kale dan Rapai. Acara selanjutnya merupakan pembukaan dari pembawa Acara Apa Kaoy yang membawaan hikayat saleum yang berdurasi sekitar 10 menit. Acara berikutnya merupakan Favorit saya karena sekelompok penabuh rapai berbaju hitam khas Aceh memasuki pentas dan duduk diposisi masing-masing,umumnya mereka merupakan pria yang telah berumur.  lalu seorang bapak tua yang dipanggil Syeh Biddin lalu berdiri dan membawakan dua tambeh tentang faedah ie Sembahyang dan Faedah Shalat,. Setiap tambeh dibawakan dengan sepenuh hati. Faedah ie sembahyang digambarkannya dari awal sampai akhir, dari mencuci tangan sampai kaki,begitu pula dengan faedah Shalat dari niat sampai salam. Sebelumnya saya pernah membaca tambeh yang lain Namun mendengar seorang Syeh Biddin membawakan tambeh membuat saya kagum. Salah satu isi tambehnya yang saya ingat adalah “menye hitam ban geu pandang  paleut jaroe …….. hana ridha gepoh batoh, lom faedah  tahah  babah ngen meusegok, makanan syuruga pajoh  le gata tiep-tiep uroe “( faedah berkumur yaitu makanan surga akan kita dapatkan setiap hari),  
Setelah Syeh Biddin membawakan dua tambeh, Ia lalu duduk diposisinya dan memegang rapai, acara dilanjutkan dengan kata-kata sambutan oleh  pejabat dari  salah satu biro Pemerintah Aceh. Setelah membuka acara, kelompok penabuh rapai tuha yang masih berada di panggung lalu mulai menabuh rapai dan berdzikir serta shalawat. Lalu dari sudut panggung datang seorang pria hitam memakai baju biru dan topi menuju tengah panggung yang dikelilingi penabuh rapai. Pria tersebut memegang bur listrik dan mulai melambai mengikuti irama rapai, lalu bur tadi diarahkan ke pipi namun tidak dapat sedikitpun melukai pipi kanan pria tersebut, rupanya atraksi tersebut merupakan Debus. Bur tadi selain dipipi juga diarahkan ke dalam mulut, tidak hanya bur yang digunakan, rencong juga kemudian ditusuk-tusukkan ke kening dan paha kanan tapi lagi-lagi tidak ada luka yang ditinggalkan. Rapai terus ditabuh, tusukan rencong terus saja dihunuskan ke badan mengikuti irama rapai. Kemudian pria tersebut mengambil rantai yang telah diuntai menjadi beberapa untain lalu dihantamkan ke lengan kiri, jika kita yang melakukan mungkin lengan akan remuk, merah dan lembam, tapi pria ini tidak menunjukkan bekas hantaman sedikitpun. Setelah selesai dengan atraksinya, pria tersebut lalu turun dan seorang pria lainnya yang lebih tinggi naik dan melakukan atraksi yang sama seperti pria tadi,memakai bur, rencong dan juga untaian rantai. Seiring dengan berakhirnya tabuhan rapai,pria ini pun menghentikan atraksinya.
 Apa kaoy  lalu tampil membacakan hiem dan menjanjikan seekor manok dara bagi penonton. Ada penonton yang beruntung dan acara dilanjutkan dengan tampilan peserta  Rapai nomor undian satu. Juri pada festival rapai ini Syeh Lam Geunta dari Aceh Timur, Pak Helmi dari Aceh Selatan dan Pak Jamal dari Banda Aceh.


Pada malam berikutnya saya tidak dapat hadir, namun berikut berita yang saya ambil dari http://atjehpost.com.  "Sanggar Lempia Banda Aceh tampil sebagai pemenang Festival Rapa’i Tunang Se-Aceh Besar dan Banda Aceh yang digelar warga Desa Lamreung sabtu (4/6) tadi malam di lapangan Karya Utama, Lamreueng, Ulee Kareng. Sanggar lempia berhasil menyisihkan 7 kelompok Rapa’i yang ikut lomba dan berhak memboyong dua ekor kameng Gasi dan sebuah piala. Sedangkan Juara Kedua diraih Sanggar Meunasah Baro, Aceh Besar, Serta juara ketiga Sanggar Rapa’i Tuha Aneuk Miet Desa Lamreung, Ulee kareng. Mereka berhak memboyong masing-masing seekor Kameng Landok dan kameng Dara.
Pada penampilan kelompok Rapa’i di malam kedua agak berbeda dengan tampilan malam pertama yang dihiasi oleh wajah-wajah tua. Adalah Sanggar Rapa”i Tuha yang menampilkan para penabuh cilik, dengan Debus juga dilakukan oleh anak dan anak perempuan.

Ribuan Masyarakat yang memenuhi separuh lapangan bola kaki itu, cukup terhibur dengan acara yang dilakukan secara tradisional. Wakil Gubernur Aceh yang hadir ikut tertawa lantaran sebagian acara dikemas spontan, seperti Hiem Apa Kaoy yang menarik perhatian warga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar